Terbentur, Terbentur, Terbentuk Seperti Aliou Cisse dan Senegal

BACA JUGA

Foootball5star.com, Indonesia – Senegal menorehkan sejarah. Pasukan Aliou Cisse untuk pertama kalinya menjuarai Piala Afrika. Di final melawan Mesir, Senin (7/2/2022) dinihari WIB mereka menang adu penalti dengan skor 4-2.

Keberhasilan Senegal memang tak lepas dari skuat mewahnya. Mayoritas pemain berkompetisi di Eropa. Bahkan di liga-liga top seperti Serie A, Premier League, Ligue 1, Bundesliga,dan LaLiga.

Sebut saja Sadio Mane yang sukses besar di Liverpool, Kalidou Koulibaly yang kini jadi kapten Napoli, Edouard Mendy yang musim lalu membawa Chelsea juara Liga Champions, dan masih banyak lagi.

Senegal vs Mesir Mane Bawa Lions of Teranga Juara untuk Pertama Kalinya - Edouard Mendy (cadenaser)
cadenaser

Di final, mereka mendapat perlawanan sengit dari Mesir yang punya Mohamed Salah, rekan Sadio Mane di Liverpool. Dari sisi skuat Senegal memang unggul. Tapi untuk urusan pengalaman Mesir layak jemawa.

The Pharaoh sudah tujuh kali juara, terbanyak dari negara lainnya. Sedangkan Senegal belum pernah angkat piala. Tapi mereka beruntung karena bukan skuat saja yang mumpuni.

Di balik kemudi ada Aliou Cisse. Dia adalah simbol kebangkitan sepak bola Senegal. Pengalaman melatihnya memang kalah dari Carlos Queiroz.

Akan tetapi, Cisse sudah sangat mengenal apa arti Piala Afrika. Peran sentralnya bukan hanya vital sebagai pelatih, tapi juga kala masih menjadi pemain.

aliou cisse-golisports
golisports

Ya, Cisse adalah legenda. Dia kapten pertama yang membawa negaranya menembus Piala Dunia. Piala Dunia 2002 silam adalah keikutsertaan perdana Senegal. Cisse pula yang didapuk sebagai kapten oleh Bruno Metsu.

Sebagai kapten negara debutan, ia tidak ingin sekadar numpang lewat di Korea Selatan dan Jepang. Terbukti, juara bertahan Prancis dikalahkan. Dongeng terus berlanjut sampai sang kapten membawa negaranya menembus perempat final.

Apa yang dicapai di Piala Afrika juga tak kalah hebatnya. Pada tahun yang sama Cisse membawa negaranya menembus babak final untuk pertama kali.

Sayang, piala tak mampu digenggam. Di partai final mereka harus mengakui keunggulan Kamerun. Tujuh tahun setelahnya, mantan pemain Paris Saint-Germain putuskan pensiun.

Aliou Cisse, dari Kapten Menjadi Pelatih

Tanpa Aliou Cisse, capaian Senegal pun merosot. Gagal menembus final Piala Afrika, tak mampu kembali ke Piala Dunia.

Merosotnya prestasi negara Afrika Barat juga disertai minimnya generasi baru yang muncul. Jika di Piala Dunia 2002 mereka mengorbitkan Cisse, Papa Bouba Diop, Tony Silva, dan El Haji Diouf, setelah itu hampir tidak ada nama menonjol lain yang muncul.

Sampai kemudian Cisse kembali ke tim nasional dengan status baru, yakni pelatih. Ditunjuk pada 2015, perlahan tapi pasti Senegal kembali jadi tim yang disegani di Benua Hitam.

Sempat vakum di tiga edisi Piala Dunia, Cisse mengembalikan negaranya ke turnamen paling akbar sejagat 2018 lalu. Laju mereka memang tidak sekencang 2002. Tapi Sadio Mane dkk pulang dari Rusia dengan kepala tegak.

Magis Cisse masih berlanjut setahun kemudian. Di mana ia kembali membawa Senegal ke final Piala Afrika.

Sudah jadi kapten pertama yang membawa Senegal ke final Piala Afrika 2002. Lalu mencapai final pertamanya sebagai pelatih di turnamen yang sama.

Dua final itu berujung kegagalan. Dan jebolan akademi Lille tidak mau gagal untuk ketiga kalinya. Itu dia buktikan tahun ini.

alio cisse-guardian
guardian

Pada tahun ketujuh membesut timnas, Cisse menyudahi dahaga panjang Senegal. Untuk pertama kali dalam sejarah mereka keluar sebagai juara.

Ungkapan terkenal dari pahlawan kemerdekaan, Tan Malaka, yang berbunyi “Terbentur, terbentur, terbentuk” rasa-rasanya sangat pas menggambarkan Aliou Cisse serta timnas Senegal.

Dua kali mereka terbentur di final Piala Afrika. Sempat pula terhentinya talenta-talenta terbaik yang muncul dari sana.

Dan sekarang, Aliou Cisse sukses membentuk tim juara. Bersama generasi emasnya dia mengangkat Piala Afrika 2021.

More From Author

Berita Terbaru