Dengan Darah dan Mayat, Suriah Merintis Jalan ke Piala Dunia 2018

BACA JUGA

Football5star.com, Indonesia – Ada pepatah yang mengatakan bahwa sepak bola menyatukan semua. Kalimat itu bisa benar dan bisa juga salah. Namun, pembenaran itu bisa disaksikan saat warga Suriah berbahagia kala tim nasionalnya selangkah lagi lolos ke Piala Dunia 2017 di Rusia. Mereka berhasil menahan Imbang Timnas Iran 2-2 dan akan menghadapi babak play-off melawan Timnas Australia.

Konflik politik berkepanjangan antara pendukung rezim presiden Suriah Bashar Al Assad dengan kelompok oposisi sudah terjadi sejak 2011. Protes terhadap rezim yang diwali dengan aksi demonstrasi seluruh negeri itu berujung perang saudara yang tak terselesaikan.

Kelompok pemberontak dan warga yang anti rezim kemudian memilih untuk mengungsi di Lebanon. Sebagian besar diantara mereka menyaksikan laga Timnas Suriah itu bersama-sama di kamp pengungsian. Mereka bangga terhadadap capaian kesebelasan negaranya dan sejenak lupa akan konflik yang terjadi di kampung halamannya.

Thareq salah satu warga yang anti rezim mengatakan meski ia menganggap rezim hanya memanfaatkan lolosnya timnas ke babak playoff, namun dirinya tetap bangga.

“Tapi saya bangga, saya bangga dengan seberapa jauh mereka telah berjuang. Saya bangga dengan fakta bahwa tim tersebut memiliki anggota oposisi. Saya bangga bahwa terlepas dari kenyataan bahwa mereka bangkrut, tidak bisa berlatih seperti tim lain, mereka berhasil sejauh ini,” ungkap Thareq saat diwawancarai The Guardians, Rabu (6/9/2017).

Timnas Suriah Dibangun dengan Darah dan Mayat para Pemain

Thareq juga mengungkapkan bahwa capaian timnas dibangun dari darah dan mayat para pemain sepak bola yang menjadi korban konflik.  “Liga sepak bola (Suriah) dibangun di atas mayat,” tuturnya.

Ia juga mengungkapkan betapa menyedihkannya kondisi penggawa timnas. Menurut Tareq, mereka hampir tidak dibayar sepanjang bulan, karena pemerintah mereka dianggap tak peduli pada olahraga.

“Sebagian besar pemain hampir tidak mendapatkan bayaran sepanjang bulan. Sekarang rezim tersebut mengangkat para pemain menjadi tokoh pahlawan, saat mereka tidak terlalu peduli dengan olahraga, apalagi tim,” ungkapnya.

Sedangkan Hashem, rekan Thareq di kamp pengungsian mengatakan prestasi tersebut dijadikan alat politik bagi Assad untuk melanggengkan kekuasannya. Kendati demikian, ia tetap mendukung para pemain karena mereka bermain bola bukan mengangkat senjata.

“Ini menunjukkan bagaimana pemerintah mengendalikan dan menggunakan setiap aspek dalam kehidupan sosial untuk mewujudkannya mengenai rezim tersebut. Saya mendukung tim apapun. Saya tidak bisa menahan pertanggungjawaban pemain karena mereka bermain bola, bukan senjata.”

Sejarah Bermain di Piala Dunia

Kini, Timnas Suriah tinggal selangkah lagi bermain di ajang tertinggi di dunia. Hasil seri dari Iran itu membuat mereka bermain di babak playoff melawan Australia di Malaysia. Mereka sebelumnya menduduki peringkat ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Asia Grup A. anak asuhan Ayman Hakeem itu sebenarnya raih 13 poin sama dengan Timnas Uzbekistan. namun, mereka lebih unggul jumlah selisih gol.

Jika berhasil mengalahkan Australia, Suriah akan mencatatkan sejarah pertama kali bermain di Piala Dunia. Bahkan, hal itu bisa jadi narasi baik dan pelipur lara ditengah konflik saudara yang berkecamuk di negaranya.

 

More From Author

Berita Terbaru