Fakta Piala Dunia: Dilema Wasit Belgia di Final Uruguay 1930

BACA JUGA

Football5Star.com, Indonesia – The game of two halves. Begitulah sebutan untuk final Piala Dunia edisi pertama yang berlangsung di Uruguay pada 1930. Dalam catatan fakta Piala Dunia, Argentina unggul pada babak pertama, tapi Uruguay kemudian unggul pada babak kedua.

Ada catatan menarik mengenai final yang mempertamukan dua tim asal Amerika Selatan tersebut. Wasit John Langenus asal Belgia sempat dibuat pusing oleh kedua tim. Dia pun akhirnya mengambil putusan yang membuat laga final itu juga pantas disebut the game of two balls.

John Langenus adalah wasit yang dalam fakta Piala Dunia tercatat mengizinkan penggunaan dua bola berbeda.
Getty Images

Langenus memang sudah ketar-ketir saat dipastikan memimpin laga final. Demi keamanan dan keselamatan jiwanya, dia dikabarkan meminta panitia menyiapkan kapal untuk membawanya pulang begitu laga usai. Maklum, atmosfer pertandingan dua tim kuat Amerika Selatan tersebut sangatlah panas.

Hawa panas juga menjalar ke lapangan hijau. Belum juga Langenus meniup peluit guna memulai pertandingan, Uruguay dan Argentina terlibat perselisihan. Kedua tim sama-sama ngotot meminta bola masing-masing yang dipakai pada partai bersejarah tersebut.

Final Piala Dunia 1930 diwarnai perselisihan soal bola yang akan digunakan.
Getty Images

Menurut Brian Glanville dalam The Story of The World Cup (1993), penggunaan bola sepenuhnya berada di tangan tuan rumah, dalam hal ini panitia penyelenggara. Ini bisa diartikan, kengototan Argentina adalah upaya mengganggu mental para pemain tim tuan rumah.

Akan tetapi, Ronny J. Almeida dalam bukunya, Where The Legend Began (2006), mengungkapkan fakta Piala Dunia yang berbeda. Menurut Almeida, panitia pada 9 Juli 1930 telah memilih bola buatan Argentina sebagai bola resmi untuk gelaran Piala Dunia 1930.

Kebijaksanaan Langenus dalam Catatan Fakta Piala Dunia

Final Uruguay vs Argentina pada 1930 tercatat dalam catatan fakta Piala Dunia karena penggunaan 2 bola berbeda.
Twitter @FootballMuseum

Putusan itu lantas memicu protes dari pemerintah Uruguay yang menghendaki penggunaan bola produk lokal. Meski begitu, panitia penyelenggara tetap bertahan pada putusan yang telah dibuat. Artinya, justru Uruguay yang memaksakan kehendak pada final dan membuat John Langenus berada dalam dilema.

Menghadapi dilema tersebut, Langenus tak mau memutuskan begitu saja. Dia tak ingin dicap berpihak kepada salah satu tim. Pria asal Belgia itu tahu persis rivalitas kedua negara. Andai dicap memihak salah satu pihak, keselamatan jiwanya dipastikan terancam.

Pada akhirnya, dia memberikan sebuah kompromi. Bola kedua tim akan dipergunakan secara bergantian. Dia pun lantas melakukan pengundian dengan lempar koin. Hasilnya, bola Argentina dipakai pada babak pertama, sedangkan bola Uruguay pada babak kedua.

Kiper Uruguay kebobolan 2 gol saat laga final Piala Dunia 1930 menggunakan bola Argentina.
Getty Images

Menggunakan bola berpanel 12 yang biasa dipakai para pemainnya, Argentina tampil trengginas. Tuan rumah memang sempat unggul cepat lewat Pablo Dorado pada menit ke-12. Namun, Carlos Peucelle menyamakan kedudukan 8 menit kemudian dan Guillermo Stabile membalikkan keadaan saat laga memasuki menit ke-37.

Akan tetapi, kisah berubah pada babak kedua saat bola dengan sebelas panel T dipakai dalam pertandingan itu. Tim Tango tak berdaya. Gawang Juan Botasso tiga kali ditembus lawan tanpa mampu dibalas. Pedro Cea, Santos Iriarte, dan Hector Castro bergantian mencetak gol. Uruguay pun tercatat dalam fakta Piala Dunia sebagai tim yang juara untuk kali pertama.

More From Author

Berita Terbaru