Kabar Terbaru Tomas Brolin, The Baby Faced Assassin Sebelum Solskjaer

BACA JUGA

terassd

Football5Star.com, Indonesia – The Baby Faced Assassin. Julukan itu melekat pada diri Ole Gunnar Solskjaer. Bahkan, itu jadi judul autobiografinya. Padahal, dia bukan satu-satunya “pembunuh” berwajah imut. Sebelumnya, publik sepak bola juga mengenal Tomas Brolin, striker timnas Swedia, dengan julukan itu.

Julukan The Baby Faced Assassin langsung disematkan para pendukung Leeds United saat Tomas Brolin menjalani debut pada 1995. Itu karena dampak kehadirannya terhadap permainan tim. Namun, dia tak benar-benar jadi pembunuh. Dia bahkan hanya bertahan semusim di Elland Road karena berseteru dengan manajer Howard Wilkinson.

Tomas Brolin dijuluki The Baby Faced Assasin saat debut bersama Leeds United.
thescore.com

Tak bisa dimungkiri, Leeds United adalah bab hitam dalam karier Brolin. Itulah titik kemundurannya sebagai pemain. Meskipun begitu, dia tetap bangga dan tak pernah merasa gagal.

“Saya tak pernah menyesali itu karena ketika manajer meminta saya bermain para posisi tertentu, seharusnya dia memercayai saya. Saya tak bisa menyesal karena manajemen memang buruk pada saat itu, bukan sepenuhnya salah saya,” kata Brolin seperti dikutip Football5Star.com dari FourFourTwo.

Tomas Brolin dari pembunuh di lapangan hijau jadi pebisnis penyedot debu.
fourfourtwo.com

Sebelum Leeds, kisah Tomas Brolin terbilang apik. Bersama Parma dan timnas Swedia, dia moncer. Selain punya dribel dan skill apik, Brolin punya penempatan posisi oke. Itu sebabnya dia mampu mencetak gol-gol “aneh”, di antaranya dari rebound. Dia seolah selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang pas.

Bersama Parma, Brolin gilang-gemilang. Lima musim di Ennio Tardini, dia merebut empat gelar. Dua di antaranya adalah Piala Winners 1992-93 dan Piala UEFA 1994-95. Sementara itu, bersama timnas Swedia, dia menembus semifinal Piala Eropa 1992 dan Piala Dunia 1994.

Bisnis Penyedot Debu

Pada 1998, Tomas Brolin kembali ke Liga Inggris dengan menerima pinangan Crystal Palace. Namun, dia hanya bertahan setengah musim. Pada akhir musim, dia dilepas dan pada 12 Agustus 1998, dia mengumumkan gantung sepatu. Umurnya kala itu 29 tahun.

Putusan pensiun pada usia yang belum terbilang tua cukup mengejutkan. Namun, Brolin punya alasan khusus. Dia merasa sudah jenuh dan tak punya hasrat lagi. Ibarat baterai, energi di dalamnya telah habis.

“Awalnya sungguh menyenangkan berlatih setiap hari dengan Crystal Palace, tapi pada akhirnya, itu tak lagi menyenangkan. Saya berpikir, ‘Akankah saya melakukan ini musim depan?’ Saya memikirkan itu sepanjang musim panas dan memutuskan untuk berhenti,” urai dia.

https://www.instagram.com/p/B-ZN2EfD5bC/

Lebih lanjut, tandem serasi Martin Dahlin di timnas Swedia itu menambahkan, “Saya berhenti bukan karena cedera. Jika ingin terus bermain di level tinggi, Anda harus berlatih setiap hari. Namun, saya sudah tak tertarik lagi melakukan hal itu.”

Menyingkir dari sepak bola, Tomas Brolin beralih menjadi pebisnis. Dia sempat mencoba beberapa bidang, di antaranya restoran dan real estate. Namun, yang paling langgeng hingga kini adalah bisnis penyedot debu merek Twinner.

Bisnis itu digeluti sejak dia pensiun. “Setelah gantung sepatu, seorang penemu datang kepada saya dan menyampaikan idenya tentang penyedot debu. Akhirnya, saya membuat perusahaan itu,” kata dia.

Kiprah Brolin bersama Twinner tidak mulus. Mampu menjadi pemimpin pasar di Skandinavia, mereka sempat dituduh melakukan pembajakan oleh dua kompetitor. Namun, pada 2011, pengadilan Swedia memenangkan perusahaan milik Brolin.

[better-ads type=’banner’ banner=’156437′ ]

More From Author

Berita Terbaru