Piala Dunia 2022 dan 5 Mitos yang Senantiasa Menghantui

BACA JUGA

Football5star.com, Indonesia – Piala Dunia 2022 akan dibuka besok, 20 November 2022. Laga pertama mempertemukan tuan rumah Qatar dengan wakil Amerika Selatan, Ekuador.

Ajang terbesar sejagad tahun ini sekaligus menorehkan sejarah baru. Untuk pertama kalinya turnamen digelar di Timur Tengah dan pada musim dingin.

Meski banyak yang baru pada Piala Dunia 2022, tim-tim peserta tampaknya masih tetap dihantui masalah yang terus berulang selama ini. Dalam sejarah sepak bola selalu ada kutukan yang berlaku.

Sampai saat ini kutukan-kutukan itu terus menjadi mitos. Karena tidak ada yang mampu mematahkannya.

Football5star telah merangkum 5 di antaranya:

  • Nasib Sial Sang Juara Bertahan
timnas prancis-vanguardnews
vanguardnews

Sang juara bertahan selalu dikutuk gagal mempertahankan gelar. Ya, sepanjang sejarah Piala Dunia tidak ada negara yang memenangkan dua trofi pada dua helatan beruntun.

Prancis, juara 2018 lalu sudah merasakan kutukan ini sebelumnya. Kala juara 1998 silam, mereka gagal total empat tahun setelahnya.

Bahkan dalam dua dekade terakhir muncul mitos baru. Yang mana sang juara bertahan selalu gagal di fase grup.

Sejak kegagalan Prancis di Korea dan Jepang, hanya Brasil juara bertahan yang masih bisa menembus fase knockout pada 2006. Setelah itu Italia, Spanyol, dan terakhir Jerman selalu terhenti di fase grup

  • Kutukan Timnas Jerman kepada Inggris di Piala Dunia
Final Piala Dunia 1966 mempertemukan Inggris dengan Jerman Barat.
Getty Images

Di tingkat klub kita mengenal kutukan Benfica yang takkan juara di kancah Eropa. Kutukan serupa juga dialami Inggris di tingkat negara.

Tidak jelas dari mana mitos ini berasal. Namun, banyak yang percaya bahwa kegagalan Inggris di tiap Piala Dunia disebabkan oleh kutukan Jerman Barat.

Semua berawal pada final Piala Dunia 1966 saat The Three Lions juara setelah mengalahkan Jerman Barat di final. Pertandingan di Wembley kala itu merugikan Der Panzer.

Karena gol kemenangan yang dicetak Geoff Hurst nyatanya belum melewati garis gawang. Tak terima dengan kekalahan itu Jerman disebut-sebut mengutuk Inggris tidak pernah juara lagi.

Entah ada kaitannya atau tidak. Yang pasti sampai sekarang The Three Lions tak pernah lagi menjadi juara.

  • Trofi Piala Dunia Bukan untuk Ranking 1 FIFA
Romelu Lukaku - Divock Origi - Timnas Belgia - @belreddevils
twitter.com/belreddevils

Hampir semua tim mungkin menganggap ranking satu FIFA sebagai tolak ukur kesuksesan. Tapi di Piala Dunia ranking satu dunia adalah jaminan gagal merengkuh titel juara.

Ya, mitos pemilik ranking satu FIFA tak pernah menjadi juara sudah bertahan sejak 1950. Selama ini keberhasilan Prancis, Brasil, Jerman, Italia, dan negara lain yang pernah merasakan tahta juara didapat ketika posisi mereka tidak di puncak.

Jerman salah satu negara yang merasakan mitos tersebut. Kala menjadi juara 2014 lalu mereka menempati peringkat ketiga.

Pada edisi berikutnya di Rusia Der Panzer datang sebagai peringkat pertama dunia. Hasilnya? Toni Kroos dkk tersingkir dari fase grup.

Mitos tersebut tampaknya akan berulang lagi di Qatar. Sebab peringkat satu FIFA saat ini adalah Belgia yang kebetulan belum pernah memenangkan gelar.

  • Pelatih Asing Selalu Gagal di Piala Dunia
Didier Deschamps berpeluang menyamai catatan istimewa Vittorio Pozzo dalam fakta Piala Dunia.
Getty Images

Tim-tim peserta, terutama yang pernah merasakan juara, mungkin akan berpikir dua kali untuk menggaet pelatih asing. Bukan apa-apa, pelatih asing tak pernah berjodoh dengan gelar juara.

Sejak Piala Dunia pertama kali digelar 1930 silam, tak sekali pun dimenangkan pelatih asing. Artinya, Brasil, Uruguay, Jerman, Inggris, Italia, Argentina, dan Spanyol selalu mempercayakan pada pelatih lokal ketika juara.

Di Piala Dunia 2022 cukup banyak tim yang mempekerjakan pelatih asing. Salah satunya negara peringkat satu FIFA, Belgia, yang sudah satu dekade terakhir mengandalkan Roberto Martinez asal Spanyol.

  • Mitos Unik Timnas Brasil Berlanjut di Piala Dunia 2022?
Brasil meraih gelar kelima di Piala Dunia 2002.
Getty Images

Jika mitos-mitos di atas bersifat secara global, mitos kali ini hanya dialami oleh timnas Brasil. Ada dua hal yang membuat mereka beberapa kali gagal.

Pertama soal penjaga gawang. Tim Samba tak pernah juara ketika gawangnya dihuni kiper berkulit hitam.

Mereka sudah merasakannya 2006 silam. Usai juara Piala Dunia 2002 dengan Marcos sebagai kiper utama, Brasil gagal di Jerman tatkala gawang dikawal Nelson Dida.

Satu lagi terkait status tuan rumah. Brasil adalah negara yang paling banyak trofi Piala Dunia.

Lima kali sudah mereka juara. Tapi tak sekalipun diraih di rumah sendiri. Kutukan itu nyaris berakhir 2014 lalu kala menembus semifinal.

Sayang, di semifinal yang berlangsung di stadion Maracana, Neymar dkk luluh lantak di tangan Jerman dengan skor 1-7.

Dua mitos tersebut sejatinya bisa menjadi keuntungan Tite nanti. Karena kiper mereka adalah Alisson dan tuan rumahnya Qatar.

More From Author

Berita Terbaru