Rene Maric, dari Bloger Jadi Orang Kepercayaan Marco Rose

BACA JUGA

Football5star.com, Indonesia – Menjadi pelatih sepak bola tidak dibutuhkan skill sepak bola yang bagus. Tidak perlu pula memiliki karier profesional yang mentereng. Tidak percaya? Lihat saja orang kepercayaan Marco Rose, Rene Maric.

Rene Maric dulunya juga pesepak bola. Sayang, kariernya yang belum berkembang harus diakhiri duluan karena cedera saat belia.

Maric remaja berhenti bermain sepak bola. Tapi kecintaannya pada si kulit bundar tidak pernah putus. Disela-sela kesibukannya menyelesaikan kuliah, ia tetap menekuni sepak bola.

Tapi perannya bukan lagi di lapangan, atau pinggir lapangan. Ia mengambil peran di balik layar untuk menulis analisis pertandingan di salah satu blog analisis Jerman, Spielverlagerung.

rene maric spielverlagerung
spielverlagerung.de

Dari Spielverlagerung dia menunjukkan kejelian, kejeniusan, dan ketelitian soal pertandingan. Mulai dari skema pelatih, karakteristik pemain, hingga faktor lain di lapangan dia bedah bersama empat kawannya di blog yang berdiri 2011 silam.

“Hanya lima orang yang ingin berbicara tentang sepak bola dan melakukannya bersama. Saya pikir orang mendapat kesan bahwa ini soal jurnalisme atau mengomentari orang-orang di sepak bola. Tapi itu tidak pernah menjadi tujuan utamanya,” kata Maric soal Spielvelagerung kepada The Guardian.

“Menurut saya ini tentang memikirkan sesuatu, melampiaskan ke sana dan hanya menemukan orang yang akan berkomentar. Di desa saya sulit mendapatkan berita rutin tentang berbagai hal. Tapi saat anda melemparnya ke internet Anda akan mendapat lima ribu pembaca dan 200 komentar,” ia menambahkan.

Mendapat Undangan dari Thomas Tuchel

Pria berdarah Kroasia tahu caranya mendapat sentimen dari beberapa pihak. Ketika dia mulai dipercaya untuk menggarap analisis klub-klub profesional, ia hanya dipandang tak lebih dari sekadar seorang bloger dan pelatih laptop.

Padahal, jauh sebelum itu, sarjana psikologi pernah menagani tim amatir di kampung halamannya, TSU Handenberg. Dan itu dia lakukan saat masih berusia 17 tahun.

“Dalam cerita hidup saya mereka selalu menyebut saya sebagai bloger. Tapi saya sudah melatih anak-anak di Handenberg saat berusia 17 tahun. Melatih mereka di level amatir di mana pemain termuda saya berusia 15 tahun dan tertua 44 tahun,” ujarnya.

“Terlepas dari level dan konteksnya, Anda perlu tahu bagaimana menangani para pemain. Saya kadang bertemu orang-orang yang berpikir kuno dan kritis terhadap generasi baru para pelatih laptop. Itu akan memunculkan percakapan yang bagus,” tandas pria 27 tahun.

Apa yang ditulis pria Austria menarik perhatian banyak pelatih di Jerman. Maric tidak membantah jika analisis yang dia buat bertujuan untuk membantu orang-orang yang ingin meniti karier sebagai pelatih dan para pelatih amatir.

thomas tuchel mainz the sun
The Sun

Pada satu ketika ada satu sosok yang kepincut pada analisisnya. Dia menerima sebuah email dari pelatih FC Mainz, Thomas Tuchel.

“Tuchel melihat salah satu anlisis kami tentang timnya dan dia berpikir ‘ini cukup akurat, bagaimana mereka tahu?’. Dia mengundang kami ke Mainz dan ingin mengetahui pendapat kami, pandangan kami tentang permainan, apa yang kami pikirkan tentang lawan mereka,” pungkasnya.

“Kami berbicara selama dua jam dan itu memberi kami beberapa proyek kecil untuk melihat bagaimana kami bekerja dan berpikir. Kami melakukannya selama satu musim,” ia menambahkan.

Rene Maric, bagaimana pun, tidak pernah berpikir tulisannya di blog mendapat atensi besar di Jerman. Menurut pengakuannya, ia menulis hanya untuk kesenangan pribadi. Tapi berkat kedalaman analisis dan keakuratan tinggi, apa yang dia buat melampaui apa yang dia pikirkan sebelumnya.

Setelah membantu Thomas Tuchel di Mainz, pria 27 tahun mulai menjalani proyek-proyek analisisnya di luar Jerman. Ia sempat membantu klub Inggris, Brentford, dan raksasa Denmark, Midtjylland.

Di mana Ada Marco Rose, di situ Ada Rene Maric

Usai menjalani proyek-proyek singkat yang tak terikat, Maric akhirnya menemukan sosok yang cocok dengannya. Sosok yang membuatnya percaya diri untuk melangkah sebagai profesional.

Pada 2016 ia bertemu dengan Marco Rose. Rose yang masih menangani tim U-18 RB Salzburg mengundang Maric beberapa kali. Selama berhari-hari, menghabiskan waktu berjam-jam, mereka duduk bersama, berdiskusi tentang sepak bola dan metode pelatihan yang ideal.

Rene Maric merasa cocok dengan filosofi permainan yang diterapkan Marco Rose. Sampai akhirnya ia memberanikan diri untuk mengajukan diri sebagai asisten pelatih.

“Saya berpikir ‘kenapa saya tidak bertanya saja padanya?’ kami telah berbicara banyak hal dan kemudian saya bertanya ‘musim depan apakah Anda membutuhkan asisten pelatih? Dia berkata ‘tentu saja, mari kita coba’ pada akhirnya kami berhasil di sana,” tutur Maric.

Pada musim perdana kerja sama Marco Rose dan Rene Maric, RB Salzburg U-18 menghentak Eropa. Mereka keluar sebagai juara UEFA Youth League, kompetisi setara Liga Champions untuk usia 19 tahun, musim 2016-2017.

rene maric voetbalmagazine
voetbalmagazine

Sejak saat itu, Rene Maric tidak terpisahkan dari Rose. Mereka naik kelas sebagai nakhoda tim utama RB Salzburg. Tangan dingin Rose dan kejelian Maric membawa keduanya ke Borussia Moenchengladbach 2019 lalu.

Dan lagi-lagi mereka sukses. Gladbach sukses menembus Liga Champions. Bahkan musim ini laju Die Fohlen di kompetisi terakbar benua biru berlanjut ke babak 16 besar.

Musim depan Rose-Maric kembali bekerja sama. Tapi tugas mereka bukan di Borussia Park lagi. Keduanya mendapat tugas yang lebih berat untuk membangkitkan Borussia Dortmund dari inkonsistensinya musim ini.

Patut ditunggu, apakah Marco Rose dan Rene Maric mampu menghadirkan prestasi untuk Dortmund seperti yang mereka lakukan bersama RB Salzburg dan Gladbach selama ini.

Yang jelas, tugas keduanya tidak semudah di dua klub sebelumnya. Setiap harinya mereka akan berada dalam tekanan besar.

Walau demikian, di sisi lain tugas mereka bisa terasa mudah. Marco Rose dianugerahi skuat yang lebih kompetitif di tiap lini.

Dengan analisis Rene Maric, mereka bisa menemukan masalah akut dalam skuat, mengevaluasinya, dan memastikan kesalahan yang sama tidak terulang pada musim depan.

More From Author

Berita Terbaru